Guest Book

Translate

Search This Blog

Tuesday, February 9, 2016

THE OTHER LIFE 4

One Step to The Future


     Masa depan... suram... gelap.... buram... penuh kabut.... tidak terlihat...
Saya tidak mengerti kenapa ketika kita masih kecil, masa depan terlihat begitu pasti dan kongkrit. Terlihat begitu menggiurkan dan asik. Tapi sekarang, atau lebih tepatnya belakangan ini, saya hampir tidak tau masa depan yang saya inginkan itu apa.     Dulu saya ingin menjadi dokter, atau koki, atau penyanyi, atau artis, atau segalanya. Setidaknya mimpi itu masih saya pegang sampai lulus SMP. Saya masih berpikir kalau saya tidak berhasil menggapai salah satu cita-cita, maka saya akan menjadi yang lain. Tapi ketika saya SMA, baru terlihat bahwa itu semua tidak mungkin.      Fakta pahit pertama yang saya terima adalah, sekolah kedokteran itu 5 tahun. Itu saja baru menjadi dokter umum, sedangkan untuk lebih sukses saya harus mengambil spesialis. Tambah lagi beberapa tahun belajar (mak.. tidak sanggup daku..), berarti sudah keburu tua duluan baru bisa bekerja, dan... ternyata saya tidak begitu menyukasi bekerja dengan manusia, berarti gagal     Semakin lama, ketika mulai menduduki SMA, saya juga semakin menyadari kalau menjadi koki harus punya keahlian dan kecintaan pada masak-memasak, sedangkan saya hanya cinta makanan, itulah kenyataan pahit kedua yang saya rasakan, gagal. Untuk jadi penyanyi, saya harus bersuara indah dan siap dipangil ke panggung kapan saja. Tapi tampil di depan beberapa teman saja saya tidak bisa, kenyataan pahit ketiga, gagal. Artis........ (diam yang menandakan seribu suara), gagal     Dari berbagai kenyataan pahit yang saya terima, saya menyadari bahwa sesuatu tidak bisa dijadikan cita-cita hanya karena keren, atau terlihat asik, atau terlihat menarik, karena semakin saya melihat program kuliah yang disajikan dalam edufair, semakin saya mengerti satu hal. Apa yang kita mampu belum tentu kita mau dan apa yang kita mau belum tentu kita mampu. -> sudah menjadi pedoman hidup.     Suatu ketika dalam program edufair yang diselenggarakan sekolah, saya mendapat info tentang sekolah perhotelan, dan ternyata sangat menarik. Bayangkan kita bekerja disuatu hotel, betapa kerennya...~ Tapi kemudian saya menyadari satu hal, orang-orang yang diperhotelan harus pakai make up... harus modis... harus.. harus teratur-rapi-elegan-mau melayani-ramah-dsb. Beberapa dari kriteria yang saya sebutkan, tidak mencerminkan saya sama sekali... Akhirnya, setelah pergulatan antara ya atau tidak yang panjang... saya membiarkan mimpi itu bebas mencari orang lain untuk dirasuki, karena seperti yang saya katakan sebelumnya, apa yang kita mau belum tentu kita mampu (dan ada faktor biaya yang mahal juga sih...)     Tapi saya harus tetap punya sesuatu untuk menjadi cita-cita.. sebab saya harus kuliah... ya... kuliah.... Saya kembali fokus terhadap apa yang saya senangi, apa yang membuat saya nyaman, tidak perlu muluk-muluk namun dapat membuat saya bahagia. Pada saat itulah saya melihat ke arah anjing saya yang sedang tiduran, lalu saya berpikir "Ya ampun... Memang sudah dari dulu saya menyukai hewan.. kenapa tidak bekerja sesuatu yang berhubungan dengan kesejaterahan hewan saja??" Memang benar apa yang ditulis dalam buku-buku bijak, Kebahagiaan tidak lain ada di rumah sendiri.. (kurang lebih intinya begitu). Mulailah saya mengsearch segala sesuatu.. dan Jreng! Saya memutuskan akan mengambil Animal Science!!      Tapi tentu saja... sesuai dengan peribahasa Banyak Jalan Menuju Roma, benar-benar banyak jalan menuju "Roma" atau tujuan saya, tapi bedanya jalan yang ini HARUS dilalui semua. Dan terkadang jalan ini tidaklah mudah sampai saya harus mendekap lutut di kamar, sendiri, dan merenungi arti dari hidup ini. Mulai dari tes ini itu supaya memenuhi syarat masuk... translate rapot ini itu... tanya segala hal tentang disana... dan berbagai hal lain. Namun walau berat dan banyak hal yang harus dicapai demi bisa mendaftar masuk, saya bersyukur karena telah menemukan apa yang tepat bagi saya. Dengan begitu saya tahu bahwa saya tidak dibiarkan sendiri oleh Tuhan sebab sebelum-sebelumnya saya terus memohon pada Tuhan untuk memberikan saya cita-cita yang tepat.      Sekarang yang perlu saya lakukan adalah kembali berjuang dan jangan pernah kehilangan harapan, karena tidak seperti teman-teman saya yang lain yang sudah keterima di perguruan tinggi yang bisa sedikit santai, saya masih harus mengerahkan segala energi hasil sisa ampas dari semester 1 untuk bertahan. Saya juga sudah berulang kali hilang harapan karena banyaknya kegagalan.. tapi berkali-kali juga saya bangkit dan berjuang kembali. Amin diterima.      Memang kalau dilihat dari berbagai sisi, usaha yang saya lakukan tidaklah seberapa, malah banyak gagalnya dibanding suksesnya. Tapi inilah jalan saya menuju masa depan yang saya inginkan. Inilah permulaan dari kehidupan saya, this is.. my one step to the future!
Adios~
Bermimpilah setinggi langit... Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang. (Soekarno)

Friday, January 29, 2016

THE SCHOOL LIFE 4

Brace Yourself, UN is Coming


     Kami menghitung hari demi hari... Waktu demi waktu.... menuju kebebasan. Kami menghitung... H-80 hari menuju kebebasan... H-75 hari menuju kebebasan... H-70 hari.... 
      Saya benar-benar sudah siap lulus... Tidak ingin lagi seperti ini. Masalahnya adalah untuk bisa lulus dengan nilai yang baik, saya harus mempersiapkan diri. Baik persiapan ilmu untuk dikuras saat UN, maupun persiapan mental untuk menerima kenyataan bahwa UN sudah di depan mata (atau lebih tepatnya kurang lebih 3 bulan lagi... Hyyyaaa!!). 
      Tidak bisa dibilang bahwa persiapan UN saya nihil.. sebab saya juga belajar untuk ulangan harian dan TO. Saya mengerti bahwa ini tidak berarti apa-apa dibanding dengan bahan UN yang menggunung.. tapi sedikit ilmu lama-lama jadi bukit juga kan? (miriplah tingginya kaya gunung... kurang lebih). Saya akan mengungkapkan beberapa fakta yang menyebabkan tidak adanya kemajuan belajar untuk UN, Fakta 1 : "Les ini akan saya gunakan untuk UN!" "Tunggu-tunggu... bahan buat besok ulangan belom ngerti.. Berarti saya les untuk bahan ulangan dulu..". Fakta 2 : "Pulang saya akan belajar untuk UN!" "Eh? Besok ulangan A?? Lusa ulangan B??? Tiga hari lagi ulangan C bareng PR seni??!! Ok mari kita kerjakan seni saja...". Fakta 3 : "Ah! Ada waktu luang untuk memikirkan UN!" "Batas masuk universitas AA... 1 bulan lagi... Universitas BB... 1,5 bulan lagi... Syarat masuk belom terpenuhi... OMG OMG GW GA DAPET UNIV OMG MANA KEBURU OMG MANA BISA fhgajkbawjkfhhag (--> berakhir error mikirin universitas dan masa depan).      
      Fakta 4 : "UN... 3 bulan lagi... Saya pasti bisa!!" "Tuhan... saya mohon... berilah kekuatan dan ketabahan untuk hambaMu ini... sebab hambaMu tidak sanggup Tuhan... Berilah hambaMu ini ketenangan hidup... dsb dsb dsb (terisak-isak memohon penguatan batin)Saya juga kurang mengerti kenapa saya menjadi seperti ini.. tapi dugaan yang saya anggap paling akurat adalah kekuatan saya sudah habis dimakan semester ganjil lalu... Ini tinggal sisa-sisa ampasnya saja... Akhirnya jadilah adonan malas yang ditaburi ketidakfokusan. Walaupun begitu, saya tetap berusaha mengingat kembali materi-materi untuk bahan UN melalui pembahasan soal UN di kelas.. Ini sangat membantu karena suasana mendukung saya untuk mau mengingat ulang.. Terutama ketika pembahasan UN pelajaran kimia dan mat (tapi ada juga guru yang sudah mencoba untuk membahas namun tidak jelas sehingga fokus semua orang melenceng ke sisi lain layaknya tersapu angin sepoi-sepoi). Dengan fakta dan keadaan seperti ini, membuat saya untuk menyadari bahwa diperlukan dorongan dari dalam agar dapat mengurangi rasa malas. Oleh sebab itu setiap hari saya selalu mengingatkan diri untuk fokus, minimal mencicil sedikit-sedikit, baca ulang, dan perhatikan pelajaran. Sudah menyemangati diri saja masih muncul kemalasan dan tidak fokus itu... Namun saya akan terus berusaha... Sebab kelulusan sudah di depan mata.


Adios~

"Do not Pray for an easy life, pray for the strength to endure a difficult one." (Bruce Lee)      

     

Thursday, October 22, 2015

THE SCHOOL LIFE 3

Learn as If You were To Live Forever


      Kayanya atau lebih tepat sebenarnya, tidak ada pelajaran yang benar-benar bisa dibilang sebagai pelajaran favorit saya (kecuali OR). Yang ada hanyalah pelajaran yang mending atau lebih baik dibanding pelajaran yang lain (kecuali OR). Saya biasanya menjadikan biologi sebagai pelajaran favorit (diluar OR) karena pelajaran tersebut merupakan pelajaran tentang alam dan paling terlihat contoh nyatanya dalam kehidupan, walaupun terkadang ada materi yang tidak begitu saya sukai juga. Bahkan ORpun ada materi yang tidak begitu saya sukai misalnya senam. Orang yang mengaku pelajaran favoritnya mat atau kimia atau apapun juga pasti akan sampai di titik bosan atau tidak begitu menyukai suatu materi dalam pelajaran favoritnya.
      Satu-satunya hal yang mempertahankan saya dalam belajar adalah kalau saya mengerti pelajaran tersebut (kecuali OR, semua kegiatan outdoor itu asik). Kalau sudah tidak mengerti, susah, membosankan pula.. biasanya semangat belajar sudah terbang menghilang digantikan malas. Tapi kadang begitu suatu pelajaran Ting! di otak saya, biasanya saya jadi penasaran terhadap soalnya dan lebih semangat... sayangnya untuk mendapat Ting! itu harus melewati berbagai rintangan ketidakmengertian yang menguras emosi batin. 
      Salah satu aspek yang juga berperan dalam kesukaan siswa terhadap suatu pelajaran adalah guru (ini tidak berpengaruh pada saya). Ada beberapa dari teman saya yang menyukai atau minimal bersemangat dalam suatu pelajaran karena gurunya asik. Well yea kadang saya juga sih... beberapa pelajaran... kalo gurunya lumayan... tapi abis selesai pelajaran ya males lagi. Tapi ada yang saking bersemangatnya sampai kalau ada tugas dari guru itu dikerjakan dengan hati gembira, kalau guru itu sedang mengajar diperhatikan dengan mata berbinar. Padahal mau gimana pun yang namanya tugas (bagi saya) ya menyusahkan dan tidak bisa saya kerjakan dengan hati yang tulus gembira.
      Selain karena materi yang diajarkan menarik, satu-satunya motivasi saya memperhatikan pelajaran adalah semua-harus-dicatat-demi-kelangsungan-belajar-ketika-mau-ulangan. Prinsip yang saya pegang begitu teguh sampai-sampai ketika saya melihat kembali beberapa catatan saya bahkan ada yang saya tidak sadar ketika mencatat hal tersebut tapi sudah begitu lengkap tertera di catatan. Oh, ada juga yang waktu itu saya mengantuk bahkan sempat tertidur saat guru mengajar tapi karena sebelum tertidur sudah membaca beberapa hal yang ada di buku sehingga ketika ketiduran dan guru mendadak menyebutkan hal yang saya baca di buku (saat saya tertidur), somehow saya bisa terbangun, menyalin apa yang dikatakan guru, kemudian tertidur lagi. Dan ternyata benar hal itu adalah penting (kejadian ini sudah pernah ada kesaksiannya dari teman sebelah saya yang melihat saya tertidur, menyalin hal penting, lalu tertidur lagi, dan masih berlanjut sampai... sekarang).
      Intinya saya memang tidak begitu suka dalam belajar tapi saya selalu melihat segala sisi positifnya (walaupun beberapa pelajaran saya masih tidak mengerti apa penerapannya dalam hidup) ketika belajar sehingga kejenuhan dan kemalasan dapat teratasi (selain berkat ketakutan dapat nilai jelek dalam ulangan). Tapi setidaknya saya menjadi salah satu anak yang masih beruntung bisa merasakan segala duka dan suka dalam belajar dan merasakan berbagai macam ilmu serta bertemu berbagai cara guru dalam mengajar dan saya bersyukur untuk hal itu.

Adios~

-“Any fool can know. The point is to understand.”- 
(Albert Einstein)

Wednesday, October 21, 2015

THE OTHER LIFE 3

"UBUNTU"


      Sebenarnya sekolah itu bukan hanya tempat manusia mencari ilmu tapi juga menjadi ajang pencarian (atau yang dicari) teman. Di hari pertama masuk sekolah, hal pertama yang harus dilakukan adalah bukan mengimpress guru dengan menjadi murid teladan tapi carilah teman sebanyak-banyaknya, karena teman akan sangat amat penting untuk menjalankan kehidupan sekolah berikutnya.
      Percayalah pada saya kalau saya bilang lebih baik dibenci guru dibanding teman.. bener deh.. jangan main-main sama teman...
      Kebanyakan dari teman luar sekolah saya adalah berasal dari teman yang dulu satu sekolah, atau lebih tepatnya hanya dari SMP dan SMA. Bukan karena saat SD saya tidak punya teman tapi dulu saya engga suka pakai HP. Saat SD dulu saya punya HP hanya untuk telepon mami kalo dah pulang sekolah setelah itu diabaikan. Bener-bener ga kepake.. dan dulu ga merasa HP itu penting. Alhasil setelah kelulusan ya lost contact...
      Pas SMP saya baru mengerti makna HP sebenarnya dan mulai menggunakannuya secara wajar sehingga sampai sekarang teman yang dulu pun masih in touch (well... beberapa). Saya waktu masih baru-baru masuk SMA tu masih suka ngobrol sama teman yang dulu se-SMP. Memang sih obrolannya jadi tidak penting dan pendek-pendek tapi kadang obrolan ga pentinglah yang bikin kita tetep deket. Malah justru semakin ga penting obrolan kita dengan temen biasanya semakin deket kita sama orang itu. Biasanya justru yang penting, straight to the point, dan formal malah buat mereka yang ga deket satu sama yang lain (iya ga??~~).
      Selain teman SMP, saya juga masih ngobrol sama mereka yang dulu se-SMA dengan saya tapi kemudian pindah sekolah. Selain faktor saya ga mau lupain mereka (atau mereka lupain saya) tapi juga karena pas dulu masih satu sekolah tu memang sudah deket. Kan sedih kalo harus putus hubungan gitu...
      Kadang sedikit aneh juga kalo kehabisan bahan obrolan karena kita ga tau hidup mereka gimana dan mereka ga tau hidup kita. Kalo temen satu sekolah kan tinggal ngomongin aja tentang ulangan besoknya.. ga akan abis tu sampe seminggu.
      Saya juga jarang sekali ketemu sama temen-temen di luar sekolah.. Paling bener-bener cuma dari chatting, dulu sih pas masih satu sekolah saya beberapa kali pernah ke rumahnya.. Tapi setelah itu tidak pernah lagi.. hahahah. Pokoknya udah beda deh rasanya padahal saya dan teman saya itu ga kenapa-napa tapi rasanya dah beda. Akhirnya berakhir di ga pernah ngobrol lagi...
      Banyak juga orang yang punya teman luar sekolahnya dari tempat les atau Gereja sehingga beberapa kali masih sempat bertemu atau semacamnya.. Tapi berhubung les saya semuanya privat dan ga deket sama orang-orang Gereja jadi ya... temen luar sekolah saya bener-bener temen sekolah saya dulu yang sudah di luar... dari sekolah saya.
      Oh! Dulu pas SD saya dekat dengan tetangga-tetangga saya yang kurang lebih umurnya sama atau lebih besar atau lebih kecil dari saya, tapi sekali lagi saat masuk SMP semuanya berubah... Tidak tahu karena sudah pada bosan atau bagaimana tapi kegiatan kumpul-kumpul begituan sering adanya pas saya masih SD padahal ada juga yang dulu itusudah SMP. Akhirnya ya sudah.. yang masih dekat hanya ibu-ibunya.. anaknya sudah hmm yaa... begitu.
      Tapi walau begitu, saya tidak lupa dengan mereka yang sudah tidak satu sekolah atau sudah tidak dekat lagi dengan saya. Begitupun nantinya dengan teman saya ketika sudah lulus nanti, saya tidak akan pernah lupa. Karena justru memori tentang kehidupan ini didapat dari mereka, begitu juga pelajaran dan pengalaman hidup.


Adios~















"Ubuntu" in Xhosa culture of African tribe means : "I am because we are"


Saturday, October 17, 2015

THE OTHER LIFE 2

Hidup adalah Belajar

      Menjadi murid kelas 12 itu katanya sibuk.. katanya cape... katanya bikin mo mati... tapi aku tidak percaya.      
      Begitulah anggapanku dulu sebelum menjadi murid kelas 12. Menurutku itu adalah hal lebay yang tidak mungkin terjadi. Tapi ketika saya resmi menjadi anggota XII IPA 3, api neraka mulai terasa.      
      Tidak lama setelah penyesuaian sebagai murid kelas 12, ulangan menghujam. Tidak lama setelah mid semester selesai, ulangan menyambar. Tidak lama disini berarti seminggu kemudian atau diminggu yang sama atau 2 minggu kemudian. Selain ulangan yang berseliweran layaknya nyamuk di malam hari, tugas juga tidak mau kalah. Akhirnya si tugas dan si ulangan yang tidak terima bila ditinggalkan akan saling beradu mencari perhatian. Dan apabila kita mencampakan salah satu dari mereka... dampak yang diterima akan sangat dahsyat... Si tugas sudah mempersiapkan jurus balas dendam nilai-dibawah-kkm-akhirnya-rata-rata-rapot-hancur dan si ulangan tanpa ragu akan langsung menyikat kita dengan nilai-nilai mengerikan misalnya yang berkepala 5 atau lebih rendah.. belum lagi pengikutnya si remed...     
      Apabila semua itu disertai dengan waktu yang cukup, mungkin akan terasa berbeda.. namun sekali lagi waktu adalah benda (atau makhluk) yang adil dengan cara menjadi tidak adil bagi semua orang. Saya beri contoh, orang yang senang akan merasa waktu kurang dan menganggap hal ini tidak adil, orang yang tersiksa akan merasa waktu berjalan begitu lama dan menganggap ini hal tidak adil, orang yang butuh waktu justru akan kehilangan waktu lebih cepat dan menganggap hal ini tidak adil (waktu itu adil mahaadil kan? Ha ha ha...). Begitu juga dengan posisi saya sebagai murid, waktu begitu singkat dan bahan yang harus dikejar masih banyak. Solusi yang diambil hanya satu, ulangan setiap hari dengan bahan yang baru dibahas beberapa kali!!! (yay!)      
      Sebenarnya saya juga tidak mau tapi keadaan tidak mendukung. Materi yang harus dikejar banyak.. tapi saya tidak bisa mengerti apabila hanya mengandalkan sekolah, akhirnya munculah les!      
      Berkat muculnya les, saya sedikit lebih terbantu sehingga bisa memahami materi lebih lagi dan bisa mengerjakan ulangan dengan cukup baik. Prinsip les sederhana, selain waktu belajar kita di sekolah yang adalah 7 jam atau bila ditambah peltam menjadi 8-9 jam nah setelah itu kita tambah lagi 2 jam belajar pelajaran di tempat les. Biasanya tidak berhenti sampai disitu, mungkin ditambah 3-5 jam lagi untuk belajar ulangan besoknya. Sangat diterapkan semboyan "Hidup adalah Belajar"~ (literally... belajar.) Oh... belum lagi ditambah fakta bahwa materi yang sedang dipelajari selama jam sekolah berbeda dengan materi peltam.. kemudian materi yang di leskan kadang beda lagi dengan materi sekolah atau peltam karena mungkin materi tersebut sudah lewat atau sebaginya. Jadi jelas otak juga sudah mulai berubah jadi es campur, bedanya yang ini sirup hapalan campur rumus sampe jadi teler.      
      Akhirnya berkat semua ini, kegiatan luar sekolah official saya adalah Les"Ahh~ pulang ingin santai atau mengerjakan tugas.." NO! Mungkin perlu dicoret 2x karna kalimat yang tepat adalah "Pulang harus lesssss!!!" "Besok bisa jalan-jalan kemana yaa??~~" NO! yang tepat, "Besok ada leessss!!!" "Minggu depan mungkin bisa santai sedikit...~~" NO! "Minggu depan harus lessss buat persiapan ulangan di minggu berikutnya!!" Mungkin ini hanya terjadi pada saya tapi kesimpulannya, kegiatan luar sekolah saya mostly adalah les. Dulu saya masih suka pergi ke sport club ikut club renang.. atau ikut doa lingkungan... tapi.. sekarang... hiks      
      Selain membantu saya dalam pelajaran, les juga membantu saya dalam mengatur waktu. Memilih waktu yang tepat untuk les sebelum ulangan walaupun ulangannya setiap hari dengan catatan tugas dalam terkumpul dengan sempurna dan masih punya waktu untuk tidur. Bahkan terkadang untuk mencapai tujuan tersebut (karna faktor guru lesnya juga) saya harus les di hari minggu. Tentu saja tidak lebih buruk dari anak yang ikut BTA atau persiapan semacam itu karena mereka harus les dari jam 7 sampai jam 12 karena saya hanya les dari jam 9 sampai jam 11 ahahahahah... (<-- sama-sama mengenaskan tapi ga mau ngaku)      
      Saya pun bisa ikut acara bersama dalam piano karena les. Jadi les merupakan "kegiatan luar sekolah" yang sangat bermanfaat. Walaupun sekarang kehilangan sebagian dari arti hidup sesungguhnya namun bisa menjadi loncatan untuk mencapai arti hidup sesungguhnya di masa depan.      
      Oh ya... apabila belum merasakan menjadi anak kelas 12, maka arti cape sebenarnya belum pernah dirasakan.. tapi tidak apa-apa.. Rasa cape itu bisa untuk latihan ketika sudah kuliah atau bekerja.. sehingga tubuh menjadi lebih terbiasa dan tidak hancur.      
      Dulu pun saya mengeluh mengapa semua ini harus terjadi. Tapi semakin lama saya semakin terbiasa (atau pasrah) sehingga mulai melihat manfaat dari apa yang saya alami ini.


Adios~

- The more something upsets you, the more it is meant for you. When it no longer upsets you, it is no longer needed because the lesson is complete - (Bryant McGill)

Friday, September 25, 2015

THE OTHER LIFE


SANUR! SANUR!! SANUR!!!


     Itu, yang diatas, yang diulang 3x, yang banyak tanda serunya, adalaaaaahhh....
Yel-yel tim voli sanur!!! yey! 
Coba deh dibaca dengan cepat, mantap, dan bersemangat... keren juga loh!

     Mungkin bagi beberapa orang itu hanya ungkapan penyemangat tapi bagi saya, hal tersebut lebih dari sekedar ungkapan, melainkan awal mula kenangan indah sebelum saya menjadi diri saya yang suram di kelas 12.
     Jadi begini, saya pertama kali tertarik pada voli ketika melihat orang tua saya bermain voli di acara 17an kompleks rumah, lalu semejak itu saya merasa "wah sepertinya seru juga...". Kemudian saat SD saya menyadari bahwa tenaga saya cukup untuk memukul bola voli sejauh lapangan basket (yah ini ga spesial sih... Tapi pas SD kan rasanya beda...). Kemudian saat SMP ternyata ada eskul voli, langsunglah tanpa keraguan secuilpun saya ikut. Voli akhirnya menetap menjadi hobi pribadi.
     Ketika saya SMA, berdasarkan pengalaman ikut eskul voli yang ternyata sangat seru, saya ikut lagi sekalipun harus pulang sore. Tujuannya hanya sederhana, supaya saya ada olahraga dan tetap bisa merasakan keseruan voli. Tapi ketika kelas 11 saya ternyata terpilih menjadi salah satu tim voli sanur (Hal ini super wow dan saya sendiri tidak menyangka karna masi banyak yang lebih jago dari saya). Begini, sebenarnya hal ini terasa aneh juga karena beberapa anggota tim bukan teman-teman yang biasa saya ngobrol bersama sehingga terasa sedikit awkward tapi berkat eskul yang diadakan 2x seminggu dan ya semuanya satu sekolah jadinya lumayan sedikit-dikit kenal. 
     Tanggal dan hari saya boleh lupa namun tempat dimana saya mengikuti lomba voli pertama akan selalu membekas di memori (wets!). Tempatnya adalah SMUK 1 Penabur. Saya seneng banget pas tau bisa ikut lomba, iyalah ya siapa yang ga seneng bisa dapet pengalaman real dari sesuatu yang disukai. Tapi ketika sampai disana.. semuanya berubah. Rasanya sangat aneh berada disekolah lain dengan orang-orang baru. Ntah kenapa rasanya pengen pulang... Belum lagi baju tim baru datang menit-menit terakhir dan ketika kita sudah dengan paniknya ganti baju, celana tim ternyata sangat (amat) pendek! Sepertinya setengah paha kurang... Hal ini sangat hebat karna saya tidak terbiasa memakai celana sependek itu, dan sepertinya begitu juga beberapa anggota tim lain. Mulailah adengan tarik menarik celana karna tidak merasa nyaman.. bahkan ada yang tarik-tarikan baju karna ada yang bajunya terlalu kethat (dibaca seperti itu untuk menunjukan betapa ketat baju kami...). 
     Tidak lama setelah adengan itu, kami dipanggil untuk mengikuti lomba. Semua semakin parah saja ketika para anggota tim ternyata banyak yang gugup, tentu saja ini termasuk saya. Melihat net yang begitu tinggi, di lapangan yang terasa asing, siapa yang tidak? Ketika saya dipanggil masuk lapangan, ini tidak bohong tapi saya gemetar.. ntah kenapa gemetar... dan itu fakta. Tentu saja kalian tahu apa yang terjadi berikutnya... serve beberapa kali tidak masuk (ada sih yang masuk.. tapi ga maksimal) kemudian... hm passingnya... pokoknya berbeda dengan latihan di sekolah... Akhirnya tentu saja tanpa sulap tanpa sihir kami.... kalah.
     Setelah evaluasi tim dan sebaginya, kami mendaftar lomba lagi di Don Bosco 2. Kali ini kami merasa lebih siap dan sudah memiliki baju tim yang lebih layak (yang tidak begitu kethat, sesuai ukuran, celana juga tidak mantap potongannya). Saya tidak merasa begitu takut lagi saat disana dan netnya juga tidak setinggi di Penabur. Dengan segala perjuangan dan ada juga kalahnya, kami berhasil lolos ke semi final yang kemudian tentu saja melawan tuan rumah. Walaupun hanya mendapat juara 2, tapi saya merasa bangga dan senang sekali. Saya yakin yang lain juga seperti itu.
     Sampailah saya di kelas 12, tahun yang sedikit menyedihkan.. Karena ada pelajaran tambahan, saya tidak lagi bisa ikut eskul voli.. Saya sudah pasrah akan nasib ini sebab mau bagaimana lagi? Masa saya bolos pelajaran tambahan untuk voli... (maunya sih sebenarnya begitu tapi saya tidak mau menjadi capcay amarah cah Shania...). Semua terasa berubah, dulu saya semangat masuk sekolah karena siangnya bisa ikut eskul voli, sekarang bersemangat masuk sekolah kalau hari itu tidak ada ulangan... Tapi ya mau bagaimana lagi... inilah yang terjadi dan inilah yang harus saya terima..

     Mungkin segala hal yang diatas hanyalah apa yang saya rasakan sendiri.. namun semua itu akan terus ada bersama saya berupa kenangan yang manis sekalipun mungkin tidak akan pernah saya rasakan lagi. Perasaan ketika tahu masuk tim.. ketika dipanggil keluar pelajaran untuk lomba.. ketika bermain bersama sebagai sebuah tim.. ketika tertawa bersama saat memang/kalah... Memang ada juga yang membuat saya kesal tapi kenangan tidak akan berarti tanpa ada variasi didalamnya. 
     Diatas semua itu, tidak akan ada yang merasa lebih senang, atau lebih bangga terhadap segala hal itu selain saya.


Adios~




- He said, "One day you'll leave this world behind. So live a life you will remember." -

Sunday, September 13, 2015

SCHOOL LIFE 2

Kami Satu, Kami Sparta!

     Saya ingin bercerita tentang kehidupan saya bersama dengan teman-teman saat kelas 11 lalu.

     Belum benar-benar satu tahun saya kira semejak kenaikan kelas menuju kelas 12. Memori tentang yang lalu hanya bisa dijadikan kenangan. Tapi saya tidak akan pernah lupa segala sepak terjang yang kami alami bersama sebagai murid kelas 11 yang mendapat kesempatan untuk merasakan kehidupan alien.
     Bagaimana tidak alien, masih kelas 11 tapi sudah harus merasakan pelajaran tambahan siang hari seperti anak kelas 12. Mereka mungkin tujuannya sudah mantap, jelas, dan mulia yaitu untuk mengejar bahan sampai semester 2 demi kelulusan mereka yang indah, namun kami? Mengejar bahan hanya karena kurikulum plin plan yang dengan ketidakberuntungan tingkat tinggi kami terima. Harus mengorbankan waktu eskul tambahan dan mengatur kembali jadwal les, itulah yang saya rasakan. Keanehan tidak pernah berhenti ditengah jalan, untuk pertama kali dalam hidup saya sebagai murid, saya merasakan MID dan ULUM hanya mengujikan bidang sesuai jurusan. Ini adalah hal yang aneh sekaligus menguntungkan. Tapi memang betul... itu memang aneh dan sedikit... janggal,, terutama untuk diri saya yang dulu. 
     Ok tapi kali ini saya tidak mau mebahas keanehan sebagai murid walaupun itu bisa dikategorikan sebagai fenomena sekolah.. ya... ehem. Saya disini ada untuk menceritakan cerita-cerita Sparta. Untuk keterangan saja, kami bukan bangsa sparta betulan (walaupun akan terlihat keren kalau beneran), sparta adalah nama kelas yang dipakai oleh kelas XI MIPA 2 dulu. Tidak melebih-lebihkan, kami dulu memilih nama ini karena cocok dan terdengar keren. Tapi ternyata seperti bangsa sparta dulu, kelas kami benar menjadi kelas yang kompak.
     Hal ini sangat saya rasakan sebagai salah satu anggota dari sparta, misalkan... Apabila guru meminta kami untuk mengerjakan soal di papan maka kelas dengan sendirinya, tanpa kata dan perantara, akan diam. Ketika guru tersebut meninggalkan kami untuk ke toilet atau sebaginya, dengan cekatan dan juga tanpa perantara, semua akan maju kedepan mengerjakan. Belum lagi ketika kelas ditinggalkan tugas karena gurunya tidak masuk. Ide yang saya tidak terpikir muncul, yaitu mengerjakan soalnya bersama lalu tulis di papan, lalu disalin bersama. Kurang kompak apa coba?
     Masih banyak cerita seru lainnya seperti ketika kami membuat guru marah bersama(ini secara tidak sengaja ya, mohon dimengerti)... menjadi kelas dengan remedial terbanyak dan nilai terjelek(ini juga karena soalnya susah dan pembahasan kurang banyak)... Oh! Ketika sedang yel-yel malah tidak tau kenapa ada satu yang lupa lirik dan diam kemudian yang lain juga ikut diam... Sebagainya dan sebagainya... Tapi ada juga cerita bagus yang datang karena kekompakan kami, seperti kami dipuji guru karena dinilai sebagai kelas yang kompak... kemudian kelas yang paling tenang (ntah tenang atau pasif)
     Seperti inilah kenangan saya terhadap kelas 11 dulu.. Seru-seru dan lucu. Belum lagi ditambah wali kelas kami yang gokil!! 
     Sampai sekarang sekalipun sudah beda kelas dan terpencar-pencar tapi tidak ada yang ragu untuk saling menyapa bahkan tetap menjadi teman baik, dan hal ini termauk saya!
Adios~

-"Remember us.."-