Hidup adalah Belajar
Menjadi murid kelas 12 itu katanya sibuk.. katanya cape... katanya bikin mo mati... tapi aku tidak percaya.Begitulah anggapanku dulu sebelum menjadi murid kelas 12. Menurutku itu adalah hal lebay yang tidak mungkin terjadi. Tapi ketika saya resmi menjadi anggota XII IPA 3, api neraka mulai terasa.
Tidak lama setelah penyesuaian sebagai murid kelas 12, ulangan menghujam. Tidak lama setelah mid semester selesai, ulangan menyambar. Tidak lama disini berarti seminggu kemudian atau diminggu yang sama atau 2 minggu kemudian. Selain ulangan yang berseliweran layaknya nyamuk di malam hari, tugas juga tidak mau kalah. Akhirnya si tugas dan si ulangan yang tidak terima bila ditinggalkan akan saling beradu mencari perhatian. Dan apabila kita mencampakan salah satu dari mereka... dampak yang diterima akan sangat dahsyat... Si tugas sudah mempersiapkan jurus balas dendam nilai-dibawah-kkm-akhirnya-rata-rata-rapot-hancur dan si ulangan tanpa ragu akan langsung menyikat kita dengan nilai-nilai mengerikan misalnya yang berkepala 5 atau lebih rendah.. belum lagi pengikutnya si remed...
Apabila semua itu disertai dengan waktu yang cukup, mungkin akan terasa berbeda.. namun sekali lagi waktu adalah benda (atau makhluk) yang adil dengan cara menjadi tidak adil bagi semua orang. Saya beri contoh, orang yang senang akan merasa waktu kurang dan menganggap hal ini tidak adil, orang yang tersiksa akan merasa waktu berjalan begitu lama dan menganggap ini hal tidak adil, orang yang butuh waktu justru akan kehilangan waktu lebih cepat dan menganggap hal ini tidak adil (waktu itu adil mahaadil kan? Ha ha ha...). Begitu juga dengan posisi saya sebagai murid, waktu begitu singkat dan bahan yang harus dikejar masih banyak. Solusi yang diambil hanya satu, ulangan setiap hari dengan bahan yang baru dibahas beberapa kali!!! (yay!)
Sebenarnya saya juga tidak mau tapi keadaan tidak mendukung. Materi yang harus dikejar banyak.. tapi saya tidak bisa mengerti apabila hanya mengandalkan sekolah, akhirnya munculah les!
Berkat muculnya les, saya sedikit lebih terbantu sehingga bisa memahami materi lebih lagi dan bisa mengerjakan ulangan dengan cukup baik. Prinsip les sederhana, selain waktu belajar kita di sekolah yang adalah 7 jam atau bila ditambah peltam menjadi 8-9 jam nah setelah itu kita tambah lagi 2 jam belajar pelajaran di tempat les. Biasanya tidak berhenti sampai disitu, mungkin ditambah 3-5 jam lagi untuk belajar ulangan besoknya. Sangat diterapkan semboyan "Hidup adalah Belajar"~ (literally... belajar.) Oh... belum lagi ditambah fakta bahwa materi yang sedang dipelajari selama jam sekolah berbeda dengan materi peltam.. kemudian materi yang di leskan kadang beda lagi dengan materi sekolah atau peltam karena mungkin materi tersebut sudah lewat atau sebaginya. Jadi jelas otak juga sudah mulai berubah jadi es campur, bedanya yang ini sirup hapalan campur rumus sampe jadi teler.
Akhirnya berkat semua ini, kegiatan luar sekolah official saya adalah Les.
Selain membantu saya dalam pelajaran, les juga membantu saya dalam mengatur waktu. Memilih waktu yang tepat untuk les sebelum ulangan walaupun ulangannya setiap hari dengan catatan tugas dalam terkumpul dengan sempurna dan masih punya waktu untuk tidur. Bahkan terkadang untuk mencapai tujuan tersebut (karna faktor guru lesnya juga) saya harus les di hari minggu. Tentu saja tidak lebih buruk dari anak yang ikut BTA atau persiapan semacam itu karena mereka harus les dari jam 7 sampai jam 12 karena saya hanya les dari jam 9 sampai jam 11 ahahahahah... (<-- sama-sama mengenaskan tapi ga mau ngaku).
Saya pun bisa ikut acara bersama dalam piano karena les. Jadi les merupakan "kegiatan luar sekolah" yang sangat bermanfaat. Walaupun sekarang kehilangan sebagian dari arti hidup sesungguhnya namun bisa menjadi loncatan untuk mencapai arti hidup sesungguhnya di masa depan.
Oh ya... apabila belum merasakan menjadi anak kelas 12, maka arti cape sebenarnya belum pernah dirasakan.. tapi tidak apa-apa.. Rasa cape itu bisa untuk latihan ketika sudah kuliah atau bekerja.. sehingga tubuh menjadi lebih terbiasa dan tidak hancur.
Dulu pun saya mengeluh mengapa semua ini harus terjadi. Tapi semakin lama saya semakin terbiasa (atau pasrah) sehingga mulai melihat manfaat dari apa yang saya alami ini.
Adios~
- The more something upsets you, the more it is meant for you. When it no longer upsets you, it is no longer needed because the lesson is complete - (Bryant McGill)
No comments:
Post a Comment