Guest Book

Translate

Search This Blog

Tuesday, February 9, 2016

THE OTHER LIFE 4

One Step to The Future


     Masa depan... suram... gelap.... buram... penuh kabut.... tidak terlihat...
Saya tidak mengerti kenapa ketika kita masih kecil, masa depan terlihat begitu pasti dan kongkrit. Terlihat begitu menggiurkan dan asik. Tapi sekarang, atau lebih tepatnya belakangan ini, saya hampir tidak tau masa depan yang saya inginkan itu apa.     Dulu saya ingin menjadi dokter, atau koki, atau penyanyi, atau artis, atau segalanya. Setidaknya mimpi itu masih saya pegang sampai lulus SMP. Saya masih berpikir kalau saya tidak berhasil menggapai salah satu cita-cita, maka saya akan menjadi yang lain. Tapi ketika saya SMA, baru terlihat bahwa itu semua tidak mungkin.      Fakta pahit pertama yang saya terima adalah, sekolah kedokteran itu 5 tahun. Itu saja baru menjadi dokter umum, sedangkan untuk lebih sukses saya harus mengambil spesialis. Tambah lagi beberapa tahun belajar (mak.. tidak sanggup daku..), berarti sudah keburu tua duluan baru bisa bekerja, dan... ternyata saya tidak begitu menyukasi bekerja dengan manusia, berarti gagal     Semakin lama, ketika mulai menduduki SMA, saya juga semakin menyadari kalau menjadi koki harus punya keahlian dan kecintaan pada masak-memasak, sedangkan saya hanya cinta makanan, itulah kenyataan pahit kedua yang saya rasakan, gagal. Untuk jadi penyanyi, saya harus bersuara indah dan siap dipangil ke panggung kapan saja. Tapi tampil di depan beberapa teman saja saya tidak bisa, kenyataan pahit ketiga, gagal. Artis........ (diam yang menandakan seribu suara), gagal     Dari berbagai kenyataan pahit yang saya terima, saya menyadari bahwa sesuatu tidak bisa dijadikan cita-cita hanya karena keren, atau terlihat asik, atau terlihat menarik, karena semakin saya melihat program kuliah yang disajikan dalam edufair, semakin saya mengerti satu hal. Apa yang kita mampu belum tentu kita mau dan apa yang kita mau belum tentu kita mampu. -> sudah menjadi pedoman hidup.     Suatu ketika dalam program edufair yang diselenggarakan sekolah, saya mendapat info tentang sekolah perhotelan, dan ternyata sangat menarik. Bayangkan kita bekerja disuatu hotel, betapa kerennya...~ Tapi kemudian saya menyadari satu hal, orang-orang yang diperhotelan harus pakai make up... harus modis... harus.. harus teratur-rapi-elegan-mau melayani-ramah-dsb. Beberapa dari kriteria yang saya sebutkan, tidak mencerminkan saya sama sekali... Akhirnya, setelah pergulatan antara ya atau tidak yang panjang... saya membiarkan mimpi itu bebas mencari orang lain untuk dirasuki, karena seperti yang saya katakan sebelumnya, apa yang kita mau belum tentu kita mampu (dan ada faktor biaya yang mahal juga sih...)     Tapi saya harus tetap punya sesuatu untuk menjadi cita-cita.. sebab saya harus kuliah... ya... kuliah.... Saya kembali fokus terhadap apa yang saya senangi, apa yang membuat saya nyaman, tidak perlu muluk-muluk namun dapat membuat saya bahagia. Pada saat itulah saya melihat ke arah anjing saya yang sedang tiduran, lalu saya berpikir "Ya ampun... Memang sudah dari dulu saya menyukai hewan.. kenapa tidak bekerja sesuatu yang berhubungan dengan kesejaterahan hewan saja??" Memang benar apa yang ditulis dalam buku-buku bijak, Kebahagiaan tidak lain ada di rumah sendiri.. (kurang lebih intinya begitu). Mulailah saya mengsearch segala sesuatu.. dan Jreng! Saya memutuskan akan mengambil Animal Science!!      Tapi tentu saja... sesuai dengan peribahasa Banyak Jalan Menuju Roma, benar-benar banyak jalan menuju "Roma" atau tujuan saya, tapi bedanya jalan yang ini HARUS dilalui semua. Dan terkadang jalan ini tidaklah mudah sampai saya harus mendekap lutut di kamar, sendiri, dan merenungi arti dari hidup ini. Mulai dari tes ini itu supaya memenuhi syarat masuk... translate rapot ini itu... tanya segala hal tentang disana... dan berbagai hal lain. Namun walau berat dan banyak hal yang harus dicapai demi bisa mendaftar masuk, saya bersyukur karena telah menemukan apa yang tepat bagi saya. Dengan begitu saya tahu bahwa saya tidak dibiarkan sendiri oleh Tuhan sebab sebelum-sebelumnya saya terus memohon pada Tuhan untuk memberikan saya cita-cita yang tepat.      Sekarang yang perlu saya lakukan adalah kembali berjuang dan jangan pernah kehilangan harapan, karena tidak seperti teman-teman saya yang lain yang sudah keterima di perguruan tinggi yang bisa sedikit santai, saya masih harus mengerahkan segala energi hasil sisa ampas dari semester 1 untuk bertahan. Saya juga sudah berulang kali hilang harapan karena banyaknya kegagalan.. tapi berkali-kali juga saya bangkit dan berjuang kembali. Amin diterima.      Memang kalau dilihat dari berbagai sisi, usaha yang saya lakukan tidaklah seberapa, malah banyak gagalnya dibanding suksesnya. Tapi inilah jalan saya menuju masa depan yang saya inginkan. Inilah permulaan dari kehidupan saya, this is.. my one step to the future!
Adios~
Bermimpilah setinggi langit... Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang. (Soekarno)

Friday, January 29, 2016

THE SCHOOL LIFE 4

Brace Yourself, UN is Coming


     Kami menghitung hari demi hari... Waktu demi waktu.... menuju kebebasan. Kami menghitung... H-80 hari menuju kebebasan... H-75 hari menuju kebebasan... H-70 hari.... 
      Saya benar-benar sudah siap lulus... Tidak ingin lagi seperti ini. Masalahnya adalah untuk bisa lulus dengan nilai yang baik, saya harus mempersiapkan diri. Baik persiapan ilmu untuk dikuras saat UN, maupun persiapan mental untuk menerima kenyataan bahwa UN sudah di depan mata (atau lebih tepatnya kurang lebih 3 bulan lagi... Hyyyaaa!!). 
      Tidak bisa dibilang bahwa persiapan UN saya nihil.. sebab saya juga belajar untuk ulangan harian dan TO. Saya mengerti bahwa ini tidak berarti apa-apa dibanding dengan bahan UN yang menggunung.. tapi sedikit ilmu lama-lama jadi bukit juga kan? (miriplah tingginya kaya gunung... kurang lebih). Saya akan mengungkapkan beberapa fakta yang menyebabkan tidak adanya kemajuan belajar untuk UN, Fakta 1 : "Les ini akan saya gunakan untuk UN!" "Tunggu-tunggu... bahan buat besok ulangan belom ngerti.. Berarti saya les untuk bahan ulangan dulu..". Fakta 2 : "Pulang saya akan belajar untuk UN!" "Eh? Besok ulangan A?? Lusa ulangan B??? Tiga hari lagi ulangan C bareng PR seni??!! Ok mari kita kerjakan seni saja...". Fakta 3 : "Ah! Ada waktu luang untuk memikirkan UN!" "Batas masuk universitas AA... 1 bulan lagi... Universitas BB... 1,5 bulan lagi... Syarat masuk belom terpenuhi... OMG OMG GW GA DAPET UNIV OMG MANA KEBURU OMG MANA BISA fhgajkbawjkfhhag (--> berakhir error mikirin universitas dan masa depan).      
      Fakta 4 : "UN... 3 bulan lagi... Saya pasti bisa!!" "Tuhan... saya mohon... berilah kekuatan dan ketabahan untuk hambaMu ini... sebab hambaMu tidak sanggup Tuhan... Berilah hambaMu ini ketenangan hidup... dsb dsb dsb (terisak-isak memohon penguatan batin)Saya juga kurang mengerti kenapa saya menjadi seperti ini.. tapi dugaan yang saya anggap paling akurat adalah kekuatan saya sudah habis dimakan semester ganjil lalu... Ini tinggal sisa-sisa ampasnya saja... Akhirnya jadilah adonan malas yang ditaburi ketidakfokusan. Walaupun begitu, saya tetap berusaha mengingat kembali materi-materi untuk bahan UN melalui pembahasan soal UN di kelas.. Ini sangat membantu karena suasana mendukung saya untuk mau mengingat ulang.. Terutama ketika pembahasan UN pelajaran kimia dan mat (tapi ada juga guru yang sudah mencoba untuk membahas namun tidak jelas sehingga fokus semua orang melenceng ke sisi lain layaknya tersapu angin sepoi-sepoi). Dengan fakta dan keadaan seperti ini, membuat saya untuk menyadari bahwa diperlukan dorongan dari dalam agar dapat mengurangi rasa malas. Oleh sebab itu setiap hari saya selalu mengingatkan diri untuk fokus, minimal mencicil sedikit-sedikit, baca ulang, dan perhatikan pelajaran. Sudah menyemangati diri saja masih muncul kemalasan dan tidak fokus itu... Namun saya akan terus berusaha... Sebab kelulusan sudah di depan mata.


Adios~

"Do not Pray for an easy life, pray for the strength to endure a difficult one." (Bruce Lee)